Strategi Perikalan Di Media Blog Dan Penjelasannya
Strategi Periklanan
Strategi memegang peranan vital dalam penentuan keberhasilan iklan.
Strategi merupakan dasar membangun merek, strategi menjaga agar
periklanan dan elemen pemasaran berada dalam jalur yang tepat serta
membangun kepribadian merek dengan jelas dan konsisten. Strategi
mewakili jiwa sebuah merek dan menjadi elemen penting untuk keberhasilan
(Roman, Maas & Nisenholtz, 2005).
Strategi iklan harus mampu menjawab pertanyaan dasar dari rancangan
sebuah sebuah kampanye periklanan yang dirumuskan dalam 5W + 1H
(Suhandang, 2005) yaitu :
– What : apa tujuan iklan ?
– Who : siapa khalayak yang akan dijangkau ?
– When : kapan iklan dipasang ?
– Where : di mana iklan dipasang ?
– Why : mengapa harus demikian ?
– How : bagaimana bentuk iklannya ?
Tujuan dari strategi adalah usaha untuk menciptakan iklan yang
efektif, oleh karena itu selain rumusan pertanyaan 5W + 1H maka
pengetahuan yang cukup tentang produk, persaingan pasar atau kompetitor
dan analisis mendalam tentang konsumen merupakan kunci pokok yang harus
diketahui oleh pemasar sebelum merumuskan sebuah strategi (Batey, 2003)
a. Marketing Brief
Hal yang paling pertama sebelum strategi dirumuskan adalah pengetahuan
tentang produk. Informasi mengenai produk atau jasa yang akan
diiklankan, termuat dalam marketing brief yang dibuat oleh klien
(Madjadikara, 2004). Informasi tersebut biasanya meliputi :
– Brand
Merupakan penjelasan apakah merek tersebut adalah merek baru atau merek yang telah lama ada di pasar
– Product knowledge
Penjelasan singkat tentang fitur yang terkandung dalam produk
– Diferensiasi
Keunggulan yang membedakannya dengan kompetitor
– Target Audience
Yaitu segmentasi yang dimaksud oleh suatu produk yang akan diiklankan.
Kelompok mana yang akan menjadi target market suatu produk tersebut.
Ketahui TA, pahami betul bagaimana mereka berpikir, bertindak,
berperilaku. Amati pola pergaulan mereka. Dengarkan bagaimana mereka
berbicara. Apa yang membuat mereka tertarik untuk mendengar. Benda serta
warna apa yang bisa membuat mereka menolehkan mata. Kesempatan kita
untuk bisa memenangkan perhatian konsumen adalah dalam hitungan detik!
– Analisis SWOT
Tujuan mengetahui SWOT adalah untuk menganalisis suatu produk yang
dibandingkan dengan produk pesaing, serta kondisi dan kecendrungan
pasar.
– Kompetitor
Produk apa yang menjadi kompetitor dari produk yang akan diiklankan.
Dari situ bisa dilihat apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan
dari produk yang akan diiklankan dan produk kompetitornya. juga bisa
melihat seperti apa iklan terakhir dari kompetitor tersebut.
b. Creative Brief
Strategi didefinisikan dengan jelas untuk menstimulasi tujuan yang besar
yang tertuang dalam rangkuman kreatif atau creative brief yang dibuat
untuk agensi dalam menciptakan iklan. Rangkuman kreatif merupakan
jembatan strategi dengan kreatifitas periklanan, rangkuman kreatif
mewakili situasi sekarang, kompetisi, kondisi pasar dan pertimbangan
media. Rangkuman itu menjadi strategi hidup dan memberikan pandangan
penting bagi tim kreatif untuk menetapkan strategi dan menentukan ide
penjualan utama, yang akan menjadi tema pusat kampanye periklanan.
Masing-masing agensi periklanan mempunyai model rangkuman kreatif
yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan produk yang akan di
iklankan. Tidak ada model pemasaran yang begitu kaku sehingga anda tak
dapat berubah. Tidak ada rumus pemasaran yang begitu ketat sehingga
setiap perubahan dilarang. Hanya pedoman strategi tidak boleh berubah
sedangkan pedoman taktisnya berupa rangkuman kreatif boleh berubah
(Batey, 2003)
Hal-hal yang biasanya terdapat dalam sebuah rangkuman kreatif atau creative brief (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005) yaitu :
1. Tujuan
Aspek pertama yang paling penting sebelum merumuskan strategi periklanan
adalah sebuah sasaran atau tujuan. Tujuan itu tergantung pada apa yang
ingin dicapai oleh klien dalam kampanye. Misalnya, membangun kesadaran
pada suatu merek, mengkomunikasikan informasi, membuat perilaku atau
membangun persepsi.
2. Nyatakan masalah pemasarannya
Masalah biasanya ditemukan setelah dilakukan analisis SWOT.
3. Target Audience
Identifikasi audience sasaran dengan segmen yang sempit berdasarkan
faktor demografi, geografis, psikologis, perilaku konsumen dan pola
berpikir dan bertindak. Yang harus jadi pertimbangan adalah, semakin
luas target Audience maka pesan akan semakin lemah.
4. Keuntungan kunci atau ide pesan utama
Satu ide tunggal yang akan selalu diingat target setelah melihat iklan.
Ide penjualan utama atau tema kampanye berdasarkan keuntungan kunci.
5. Alasan konsumen untuk percaya
Benefit yang berbeda dari kompetitor yang juga mengatakan hal yang sama
dalam ide penjualan utama atau tema kampanyenya, atau sebuah pernyataan
yang bertujuan tunggal dari sudut pandang konsumen yang menunjukkan
mengapa konsumen membeli atau tidak membeli produk atau merek tersebut.
6. Gaya / tone
Daya tarik yang digunakan untuk mewakili kepribadian merek. Ciri khas
komunikasi yang disampaikan harus bisa membawa atau mewakili pesan
periklanan.
7. Dampak yang diharapkan
Pengaruh yang diharapkan melalui periklanan dari khalayak sasaran dan bagaimana iklan ini dapat meyakinkan konsumen.
Inilah Strateginya…
Hal yang paling sulit adalah justru hal yang paling sederhana dari proses pembuatan iklan itu sendiri. Yaitu, Pesan!
Dalam Teori Ilmu Komunikasi, kepenerimaan komunikee akan pesan yang
disampaikan oleh komunikator menjadi dasar penilaian akan keberhasilan
suatu proses komunikasi. Untuk menentukan pesan apa yang akan
disampaikan bukanlah sesuatu yang mudah
Kecenderungan client adalah ingin memasukkan sebanyak mungkin pesan.
Pihak agency biasanya akan berdalih bahwa komunikasi yang bagus itu
adalah yang single message. Tapi untuk menentukan single message itu
gimana? Terutama untuk produk paritas dengan USP yang notabene sama
dengan produk kompetitor.
P E S A N U T A M A
Dalam Teori Ilmu Komunikasi, kepenerimaan komunikan akan pesan yang
disampaikan oleh komunikator menjadi dasar penilaian akan keberhasilan
suatu proses komunikasi ( Effendi, 1981 ) Jadi penetapan strategi pesan
periklanan merupakan suatu keputusan strategis yang mampu menjamin
sukses atau gagalnya suatu iklan.
Hal pertama yang harus dilihat dalam iklan adalah keuntungan kunci
konsumen atau ide inti sebagai jantung strategi pesan iklan. Kampanye
iklan yang efektif sangat berperan besar dalam pencapaian pangsa pikiran
(mind share) dan pangsa pasar (market share). Kampanye iklan yang
efektif merupakan kampanye periklanan yang didasarkan pada satu tema
besar saja. Tema besar ini dikenal sebagai what to say-nya sebuah iklan
atau inti dari pesan yang ingin dikomunikasikan kepada audiens.
Kampanye iklan didasarkan hanya pada satu tema besar saja karena
keterbatasan daya ingat manusia. Setiap hari pikiran konsumen
dibombardir oleh puluhan bahkan mungkin ratusan iklan. Dengan
menggunakan satu tema maka kemungkinan akan diingatnya pesan suatu iklan
oleh konsumen akan jauh lebih besar daripada menggunakan beberapa tema,
hal ini berlaku terutama untuk produk paritas dengan USP yang sama
dengan produk kompetitor
Secara empiris hampir semua kampanye periklanan yang hanya didasarkan
pada satu tema selalu sukses dijalankan, semua advertising campaigns
telah membuktikan keberhasilannya dengan hanya menggunakan satu tema
utama saja (Durianto, dkk, 2003). Menetapkan satu tema utama dalam
membuat iklan berarti mengkomunikasikan satu hal yang kita anggap
penting. Untuk menentukan tema yang tepat, diperlukan suatu analisis
terhadap produk secara cermat, mendalam dan konprehensif yang terkait
dengan keadaan atau fitur produk, harga, sasaran pasar, tingkat
persaingan, aspek demografis, dan unsur lainnya yang terkait (Wibowo,
2003).
Ada banyak strategi pendekatan dalam menganalisis sebuah produk untuk
menemukan pesan apa (what to say) yang ingin disampaikan kepada
konsumen. Pemilihan strategi yang terbaik adalah tergantung dari produk,
kompetitor dan target market.
Dalam prakteknya, beberapa aliran besar teori strategi kreatif yang
sering digunakan untuk menentukan pesan atau tema utama yang diangkat
dalam sebuah kampanye, yaitu :
Produk benefit / feature oriented
Kreatifitas pesan iklan berfokus pada penonjolan keistimewaan
khusus produk (Widyatama, 2005) keistimewaan tersebut tidak dimiliki
oleh kompetitor lain dan merupakan sesuatu yang dicari-cari, menjadi
ciri khas dan dijadikan alasan bagi konsumen untuk mengguanakan produk
tersebut. Aliran ini dipelopori oleh Rosser Reeves sebagai salah satu
tokoh Ted Bates Ad Agency pada dekade 1950-an.
Rosser Reeves menggambarkan strategi pesan yang disebutnya dengan
istilah “ Unique Selling Proposition ” atau USP ini dalam tiga komponen
(www.cashflowseller.com/USP.html) yaitu :
– Iklan harus membuat suatu dalil kepada konsumen.
Masing-Masing iklan harus berkata kepada konsumen akan manfaat spesifik yang diberikan produk
– Dalil tidak dimiliki atau tidak ditawarkan kompetitor manapun.
Dalil harus unik, baik suatu keunikan merek maupun suatu klaim yang
tidak dibuat iklan lain. Suatu Dalil Penjualan Unik harus mampu menjawab
pertanyaan “Mengapa konsumen membeli produkmu sebagai ganti produk
pesaingmu ?”
– Dalil harus sangat kuat sehingga mampu menggerakkan konsumen
Kunci untuk memelihara fokus USP adalah pengulangan. Reeves
menggabungkan USP dan pengulangan pesan untuk keberhasilan iklan yang
mampu menggerakkan konsumen
Dasar untuk memilih strategi USP ini adalah (Durianto, dkk, 2003) :
– Produk yang diiklankan adalah produk untuk kategori baru (tapi bukan merek baru).
– Benefit produk yang utama belum semua terpakai atau belum dikomunikasikan oleh kompetitor.
– Benefit yang ditonjolkan benar-benar unik dan substansial di mata konsumen.
Dalam perkembangannya strategi ini kemudian memiliki kelemahan dan
mulai ditinggalkan, kemajuan teknologi membuat perusahaan dapat membuat
produk yang sama yang juga memiliki keunikan dan keistimewaan yang sama
dengan kualitas sama. Oleh karena itu semakin sulit bagi konsumen untuk
menemukan USP (Ries & Jack Trout, 2002).
Brand image oriented
Merek atau produk diproyeksikan atau dikaitkan pada suatu citra
dan kepribadian tertentu melalui kampanye periklanan, pencitraan ini
berorientasi pada simbol kehidupan (Widyatama, 2005). Gagasan utamanya
adalah agar konsumen dapat menikmati keuntungan secara psikologis dan
emosional dari sebuah produk yang digunakan (selain keuntungan fisik
yang ada).
Aliran ini dipelopori oleh David Ogilvy dari Ogilvy & Mather pada
dekade 1960-an. latar belakang lahirnya aliran ini karena produk yang
ada hampir tidak memiliki keunggulan yang berbeda atau unik, maka
diciptakanlah image, citra atau personality tertentu untuk membedakannya
dengan catatan tidak mengubah image tersebut dalam kurun waktu yang
lama (Durianto, dkk, 2003). Acuan penggunaan strategi brand image
oriented adalah jika produk bersifat paritas atau produk sejenis yang
telah memenuhi pasar dari berbagai merek, sementara merek satu dengan
yang lainnya tidak memiliki perbedaan substansial dengan kompetitor.
Iklan-iklan pada masa sekarang umumnya hadir dengan bentuk-bentuk
pencitraan dalam rangka untuk membangun sebuah citra merek yang positif
dimata konsumen. Bentuk-bentuk pencitraan tersebut merupakan sebuah
langkah dari strategi pesan, yang disebut dengan strategi citra merek
atau brand image. Dalam strategi citra merek terdapat bentuk strategi
yaitu strategi differensiasi. Maksudnya adalah sampai di mana produk
atau brand tersebut mampu membangun image khusus, unik, atau berbeda
pada masyarakat konsumen (
http://www.tanadisantoso.com/v40/review).
Differensiasi sebuah merek untuk memaksimalkan efektifitas sebuah iklan
harus dibangun melalui gaya periklanan yang konsisten. Menurut David
Aaker (Dalam : Sutherland & Alice K, 2005), Sebuah strategi merek
yang konsisten dan ditopang oleh sebuah simbol yang kuat mampu
menghasilkan keuntungan besar dalam melaksanakan program komunikasi
Citra merek sebagai strategi differensiasi menurut David Ogilvy (Dalam : Lwin & Aitchison, 2005) adalah :
– Konsumen membeli manfaat fisik dan psikologis, bukan sekedar membeli sebuah produk.
– Periklanan harus menjadi investasi jangka panjang dalam mengembangkan dan mempertahankan citra merek.
Dalam paradigma pemasaran dan periklanan kontemporer, realita
merepresentasikan atribut produk atau jasa, sementara citra lebih
memproyeksikan value dari brand atau merek. Iklan selalu kaya dengan
pencitraan psikologis (Engel, 1994) artinya iklan bukan hanya sebagai
penyampai pesan tapi sekaligus pembentuk citra. Image adalah segalanya,
orang membeli produk atau jasa lebih karena citranya bukan manfaat.
Produk adalah citra yang menjadi ukuran personaliti seseorang. Dan media
pencitraan yang paling canggih saat ini adalah periklanan. Iklan adalah
pembentuk citra maka citra adalah simplifikasi, cenderung fokus, single
minded (Indrarto, Kompas, Kamis, 6 Maret 2003).
Positioning Oriented
Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran,
yakni menempatkan produk pada tangga-tangga atau kotak pikiran calon
konsumen (Al Ries & Jack Trout, 2002). Konsep utama dalam strategi
periklanan ini adalah berorientasi pada kompetitor, khususnya yang
merupakan market leader. Selain itu orientasi positioning juga
berdasarkan pada keunggulan atribut, manfaat dan product class atau
posisi relatif terhadap kompetitor (Kartajaya, 2004).
Pelopor aliran Positioning adalah Jack trout dan Al Ries, menurut
kedua tokoh periklanan ini, agar suatu merek mudah diingat oleh konsumen
produk harus “dikaitkan” dengan market leader namun tanpa “head on
attack” dengan market leader tersebut (Madjadikara, 2004). Selain
berorientasi pada pesaing, positioning harus berorientasi pada target
market yang ingin dijangkau.
Karena itu positioning harus membuat produk, jasa atau perusahaan itu
dipersepsikan berbeda, tak sekedar beda tapi harus bisa memisahkan diri
dari yang lain. Dan yang lebih penting kalau bisa perbedaan itu disukai
bahkan ditunggu-tunggu calon konsumen.
Positioning adalah core-nya strategi periklanan. Strategi sendiri
adalah upaya untuk menghasilkan posisi yang unik dan valuable di benak
konsumen, oleh karena itu strategi positioning hanya akan tepat
diterapkan jika (Durianto, dkk, 2003) :
– Strategi USP dan Brand Image tidak relevan dengan kondisi produknya.
– Adanya alasan untuk mengkaitkan suatu produk atau jasa dengan market leader.
– Tidak melakukan head on attack dengan market leader.
Dalam strategi positioning benak konsumenlah yang menjadi medan
perang. Positioning merupakan pernyataan yang bisa menghasilkan
keunggulan di benak orang yang ingin dituju. Maka dalam menciptakan
positioning ada empat acuan yang harus diperhatikan (Kartajaya, 2004 :
14) yaitu :
– Positioning harus dipersepsi secara positif oleh konsumen dan menjadi reason to buy.
– Positioning mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif produk atau perusahaan
– Positioning harus bersifat unik sehingga dapat dengan mudah mendeferensiasikan diri dengan pesaing
– Berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan.
HOW TO SAY ?
Kreatifitas iklan adalah how to say-nya sebuah pesan periklanan
atau cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan pesan iklan ( What to
say ) kepada audiens. Prinsip pertama kreatifitas dalam sebuah iklan
adalah bahwa kreatifitas tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada.
Kreatifitas membuka, memilih, kemudian mengatur kembali, menggabungkan,
menghasilkan fakta, keahlian dan ide yang sudah ada sebelumnya. Dalam
arti lain bahwa kreatifitas adalah penggabungan ide-ide yang telah ada
untuk menciptakan sesuatu yang baru (Roman, Maas & Nisenholtz,
2005).
Menciptakan iklan yang kreatif tidaklah mudah, karena karya iklan
merupakan hasil kolaborasi antara penulis naskah dengan pengarah seni
atau antara agen dan klien. (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005). Oleh
karena itu pada tahap brainstorming (pencarian ide yang bebas) dalam
sebuah kelompok semua ide ditampung untuk kemudian dinilai ulang.
Biasanya saat brainstorming tim kreatif menggunakan strategi tertentu
dalam eksekusi kreatif. Strategi tersebut dengan cara melantur, lanturan
disengaja untuk tujuan tertentu dengan tetap menjaga relevansinya,
maksudnya adalah melantur sejauh-jauhnya namun merelevansikan
sedekat-dekatnya (Hakim, 2005).
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam membuat lanturan lanturan untuk menciptakan iklan yang menarik (Hakim, 2005) yaitu :
– Plesetan
Orang tertawa ketika mendengar plesetan karena relevansinya. Relevansi
dalam konteks ini mengacu pada kata aslinya yang kemudian diplesetkan.
– Visual produk
penggantian sebuah visual dengan visual lainnya. Mengganti secara keseluruhan, ukurannya atau salah satu elemen.
– Headline atau tipografi
Visual berbentuk susunan kata dari headline atau tipografi yang memuat makna tertentu.
– Logo
menjadikan elemen logo sebagai sumber ide dalam menyampaikan pesan periklanan.
– Makna ganda
sebuah simbol yang dihadirkan untuk mewakili dua benda atau dua hal sekaligus.
– Tokoh sebagai endoser
penggunaan orang terutama yang menjadi publik figur dalam penyampaian pesan.
– Sex
Mengarahkan fikiran konsumen pada hal-hal yang sensual.
– Fungsi produk
Memindahkan fungsi dari suatu produk pada hal yang bersifat positif untuk menambah dramatisasi dari benefit produk tersebut.
Harus diingat sekali lagi, hal yang paling penting dalam lanturan adalah menjaga relevansi dengan pesan yang ingin disampaikan.
Bentuk lain penyampaian Iklan dapat juga dilakukan, seperti:
– Product Shoot
Pengambilan gambar berkonsentrasi pada produk
– Pendekatan Budaya
Penggunaan bentuk budaya lokal untuk menyampaikan pesan penjualan
– Humor
Berhati-hatilah dalam menggunakan cara humor sebagai pendekatan. menurut
max sutherland iklan lucu akan mengurangi unsur pesan yang penting,
Fokus audience justru akan tertuju pada “lucunya” dan bukan pada inti
pesannya.Kata sutherland lagi, iklan lucu hanya efektif jika persepsi
orand terhadap pesan sudah dianggap positif (Marketing, 02/IV/Februari
2004)
– Emotional Selling Proposition
Para peneliti iklan telah mengenal secara baik bahwa iklan yang
berpengaruh secara positif pada “perasaan dan emosi” target, dapat
sangat sukses untuk produk dan situasi tertentu. Oleh karena itu tren ke
depan iklan diarahkan pada emosi (Suyanto, 2004).
John Hegarty, seorang pakar periklanan dari biro iklan BBH Amerika(dalam :
http://www.pertamina.com/indonesia/head_office)
menyebutkan bahwa globalisasi membuat produk-produk memiliki kualitas
yang serupa. Sekarang industri lebih banyak bersaing dengan menyentuh
emosi dan gengsi konsumen. Artinya saat ini konsumen membeli barang
bukan hanya karena keunggulannya tapi lebih karena produk tersebut
membuat sang konsumen percaya, merasa yakin dan kemudian jatuh cinta.
Semakin besar konsumen tertarik pada emosi semakin besar iklan mengatasi
perbedaan-perbedaan kecil yang terkandung dalam setiap produk (Batey,
2003)
Brand ataupun produk dapat dipahami lebih jauh dengan berfokus pada
respons emosional yang dibangkitkan melalui pesan-pesan periklanan,
respons seperti ini dapat dihubungkan secara erat dengan dorongan atau
motif yang disampaikan melalui pesan dan teknik eksekusi iklan (Engel,
1994).
Secara emosional, sebuah merek atau brand dapat dibuat secara berbeda
melalui gaya, sikap, cara berkomunikasi, cara pemotretan atau visual dan
jenis musik yang digunakan. Perbedaan-perbedaan yang bersifat emosional
inilah yang sekarang menjadi strategi pesan periklanan bagi masing
-masing produk ( Lwin & Aitchison, 2005).
Emotional branding adalah hal yang utama untuk mendifferensiasi
keidentikan iklan yang sekarang sudah melimpah ini
(www.markplusnco.com/discussion_view). Itulah yang dimaksud atau
merupakan tujuan dari strategi Emotional Selling Proposition. Yaitu
Brand didefinisikan sebagai ungkapan emosi atau perasaan yang timbul
terhadap sebuah produk, jasa, atau perusahaan melalui kampanye
periklanan. Intinya, brand bisa dirasakan efeknya di benak masyarakat
konsumen dalam bentuk persepsi.
Menurut Al Ries dan Jack Trout ( dalam : Wirya, 1999) pemasaran
merupakan pertarungan persepsi dalam ingatan konsumen. Siapa yang dapat
menanamkan persepsi dengan baik di benak konsumen maka dialah
pemenangnya.
Perumusan Strategi
Setelah strategi pesan ditentukan maka selanjutnya adalah
menciptakan sesuatu secara kreatif, maksudnya adalah bagaimana cara
menyampaikan sebuah pesan yang telah ditentukan dengan gaya yang berbeda
sehingga dapat menarik perhatian sasaran. Gaya juga berfungsi sebagai
pemicu ingatan, pemancing untuk membuat orang ingat kembali. Secara
otomatis gaya merupakan asosiasi terhadap identitas merek (Sutherland
& Alice K, 2005).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat perumusan kreatifitas iklan (Durianto, dkk, 2003) :
– Directed Creativity
Kreatifitas yang dibuat harus sesuai dengan what to say yang telah
ditentukan. what to say ini adalah inti pesan yang ingin disampaikan
kepada sasaran, tertuang dalam strategi kreatif dalam bentuk Creative
Brief yang dibuat oleh tim kreatif.
– Brand Name Exposure
Brand Name Exposure terdiri dari individual brand name dan company brand
name. Brand Name Exposure dianggap penting karena bertujuan untuk
mendapatkan brand awareness.
– Positive Uniqueness
Iklan yang efektif harus mampu menciptakan asosiasi yang positif.
Pertama-tama iklan harus efektif, kemudian kreatif. Iklan akan menjadi
sia-sia jika hanya sekedar kreatif tapi tidak efektif dan menimbulkan
asosiasi yang salah dibenak sasaran.
Pesan yang mudah diingat dengan baik adalah yang berkaitan dengan
asosiasi indra (Visual), konteks emosional (Cinta, kebahagiaan dan
keadilan), kualitas yang menonjol atau berbeda, asosiasi yang intens,
dan hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi (Suyanto, 2004).
– Selectivity
Berkaitan dengan pesan yang disampaikan kepada sasaran dan endoser sebagai pembawa pesan dari iklan tersebut.
Berdasarkan perumusan tersebut di atas maka sebuah pesan periklanan
yang disampaikan dengan gaya yang berbeda harus memiliki nilai-nilai,
yaitu (Hakim, 2005) :
– Simple
Sebuah iklan haruslah simple. Kata simple sering diartikan sederhana,
sebagai sesuatu yang dapat dimengerti dengan sekali lihat, tidak banyak
elemen tapi komunikatif.
– Unexpected
Iklan yang unik dan tidak terprediksi akan memiliki kemampuan untuk menempatkan diri dalam otak manusia sehingga mudah diingat.
– Persuasive
Iklan dengan daya bujuk yang kuat akan menggerakkan konsumen untuk dengan dengan brand dan tertarik untuk mencobanya.
– Relevant
Ide harus tetap relevan baik dari sisi rasionalitas maupun dari
produknya dan harus ada korelasi dengan positioning dan personality
brand.
– Entertaining
Entertaining bukan berarti lucu, dalam skala yang lebih luas berarti
harus mampu mempermainkan emosi konsumen. Emosi inilah yang akan
mengangkat simpati konsumen terhadap produk
– Acceptable
Yang menilai sebuah iklan adalah konsumen, oleh karena itu penerimaan mereka terhadap iklan harus diperhatikan.
MENEMUKAN
IDE KREATIF
1. Convention
Analisislah kebiasaan ide iklan suatu produk di kategori yang sama.
Ditahapan ini kita berfikir inside the box. karena sebelum kita berfikir
outside the box kita harus tau dulu seperti apa inside-nya baru
kemudian mencari outside-nya.
2. Disturbtion
Ditahapan inilah kita baru berfikir out side the box, mencari sesuatu yang di luar kebiasaan.Buat daftar ide sebanyak-banyaknya.
– Inkubasi: bagian dari ‘stress’, hang ! Tips-nya: Harus keluar dari
masalah (refreshing) asal jangan terlalu lama. Diskusikan dengan rekan
kerja atau teman ‘Brainstorming’.
– Iluminasi: Tahap “AHA!” Atau “EUREKA!” Sebuah ide Timbul dan memberikan semangat untuk melaksanakan Ide!
3. Kembali ke visi iklan (Brief yang di buat)
Itulah Strategi Perikalan Di Media Blog Dan Penjelasannya
Sumber: https://emjaiz.wordpress.com/2009/09/04/strategi-iklan-teori-pesan-kreatifitas/