HiStats

Senin, 26 Februari 2018

Pengertian Supply Chain Management

Pengertian Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) – Dalam Industri Manufakturing, Kegiatan Utamanya adalah mengkonversikan berbagai bahan mentah serta bahan-bahan pendukungnya menjadi barang jadi dan mendistribusikannya kepada pelanggan. Dengan menjalankannya kegiatan tersebut, maka apa yang disebut dengan Supply Chain atau Rantai Pasokan pada dasarnya telah terbentuk. Namun bagi sebuah perusahaan manufakturing, kegiatan Supply chain atau Rantai Pasokan ini perlu dijalankan dengan efektif dan efisien sehingga diperlukan Manajemen yang Profesional dalam pelaksanaannya. Manajemen tersebut biasanya disebut dengan Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management yang sering disingkat dengan singkatan SCM.
Jika didefinisikan secara lengkap, maka Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi Koordinasi, penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup administasi harian, operasi, logistik dan pengolahan informasi mulai dari pelanggan hingga ke pemasok.
Sedangkan untuk definisi lainnya yang lebih sederhana, Supply Chain Management atau Manajemen Rantai Pasokan adalah Mekanisme yang menghubungkan semua pihak yang bersangkutan dan kegiatan yang terlibat dalam mengkonversikan bahan mentah menjadi barang jadi. Pihak yang bersangkutan ataupun kegiatan yang dimaksud tersebut bertanggung jawab untuk memberikan barang-barang jadi hasil produksi kepada pelanggan pada waktu dan tempat yang tepat dengan cara yang paling efisien.
Jadi pada dasarnya, Supply Chain Management atau Manajemen Rantai Pasokan merupakan cabang manajemen yang melibatkan Pemasok, Pabrik atau Manufakturer, penyedia logistik dan tentunya yang paling adalah pelanggan.

Proses Manajemen Rantai Pasokan

Berikut ini adalah Proses Manajemen Rantai Pasokan yang dilibatkan dalam Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Change Magement (SCM) ini.

Pelanggan (Customer)

Pada sebagian besar industri Manufakturing, Pelanggan atau customer merupakan mata rantai pertama yang memberikan pesanan (order), terutama pada perusahaan yang berorientasi OEM (Original Equipment Manufacturer). Pelanggan memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan menghubungi departemen penjualan (sales) perusahaan tersebut. Informasi penting yang terdapat dalam pesanan tersebut diantaranya seperti Tanggal Pengiriman Produk dan Jumlah yang diinginkan untuk Produk yang dipesannya.

Perencanaan (Planning)

Setelah Pelanggan membuat pesanan yang diinginkannya, departemen Perencanaan (Planning Dept) akan mempersiapkan Perencanaan Produksi untuk memproduksi produk yang dibutuhkan oleh Pelanggan. Pada tahap ini, Departemen Perencanaan juga menyadari akan adanya kebutuhan terhadap bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya.

Pembelian (Purchasing)

Setelah menerima Perencanaan Produksi, dalam hal ini adalah kebutuhan terhadap bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya, Departemen Pembelian atau Purchasing Department akan melakukan pemesanan bahan mentah dan bahan pendukungnya serta menetapkan tanggal penerimaan dan jumlah  yang dibutuhkan.

Persediaan (Inventory)

Bahan mentah dan bahan pendukung yang telah diterima oleh pabrik akan diperiksa kualitas dan ketepatan jumlahnya kemudian disimpan di dalam Gudang untuk kebutuhan produksi.

Produksi (Production)

Bagian Produksi akan menggunakan bahan mentah dan bahan pendukung yang dipasok oleh pemasok tersebut untuk melakukan proses produksi hingga menghasilkan barang jadi yang dibutuhkan oleh pelanggan.  Barang Jadi yang telah diproduksi ini kemudian dimasukan ke gudang dan siap untuk dikirimkan ke pelanggan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Transportasi (Transportation)

Departement Pengiriman atau Shipping Department akan mengatur waktu keberangkatan barang jadi (Finished Products) yang di Gudang tersebut sesuai dengan jadwal yang diinginkan oleh pelanggan.

Contoh Supply Chain Sepatu Adidas
Contoh Supply Chain Sepatu Adidas

Untuk membuat sepatu, sebuah pabrik sepatu memerlukan bahan bahan yang di perlukan dari para pemasok. Pemasok benang mendapat benang dari penghasil benang yaitu perkebunan kapas. Pemasok karet mendapat karet dari penghasil karet yaitu perkebunan karet. Pemasok kain mendapat kain dari penghasil benang, dimana penghasil benang mendapat benang dari perkebunan kapas. Pemasok busa mendapat busa dari penghasil busa. Sedangkan, Industri kardus dan kertas mendapat Kardus dan kertas dari Penghasil kardus dan kertas yaitu hutan. Di SCM ini terdapat 4 pemasok, yaitu pemasok benang, pemasok karet, pemasok kain dan pemasok busa. Kemudian 4 pemasok tersebut memberikan pasokanntya ke gudang bahan baku yang selanjutnya akan dikirim ke pabrik pembuatan sepatu untuk membuat sepatu. Setelah sepatu sudah selesai maka sepatu yang sudah jadi dikirim ke bagian pengujian sepatu untuk diuji apakah sepatu yang dibuat sudah sesuai standar atau belum.

Setelah itu, terdapat industri kardus dan kertas yang diperlukan untuk membuat kemasan (kardus) pada sepatu. Industri kardus dan kertas tersebut menyerahkan bahan baku mereka berupa kardus dan kertas ke bagian pengepakan sepatu untuk selanjutnya di buat sebuah kardus untuk mengepak sepatu yang sudah dibuat.

Setelah sepatu sudah selesai diuji di bagian pengujian sepatu, dan pengepakan sudah selesai dilakukan oleh bagian pengepakan kardus, maka sepatu dan pack (kardus sepatu) dikirim ke pabrik pengemasan sepatu untuk dikemas dan diberi label merk dan ukuran. Setelah selesai sepatu yang sudah siap dijual disimpan di gudang sepatu. Gudang sepatu berfungsi untuk menyimpan sepatu yang sudah siap jual. 

Setelah itu sepatu yang sudah siap jual dikirim ke distributor sepatu untuk selanjutnya dikirim ke toko sepatu, toko online shop, dan  pasar internasional yang pada akhirnya sepatu tersebut sampai ke tangan konsumen.

Global Supply Chain Statement Adidas mengenai Supply Chainnya, yaitu : “We have rules and guidelines that support us in integrating sustainability into our supply chain”. Ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan operasionalnya maka Adidas memiliki aturan serta batasan yang menjadi patokan mereka. Adidas berinovasi pada rantai pasok melalui e-commerce. Langkah awal yang dialakukan oleh Perusahaan adalah mengumpulkan orang IT yang akan mengkoordinasi jalannya e-commerce tersebut. Melalui e-commerce tersebut dia berharap Adidas dapat berkomunikasi langsung dengan customernya. Di samping itu e-commerce dapat membantu proses marketing yaitu untuk memperkenalkan produk adidas pada pelanggan. Dengan melakukan hubungan yang secara langsung dengan konsumen maka Adidas dapat dengan mudah mengetahui jenis produk yang seperti apa yang konsumen butuhkan, dan setelah itu barulah proses supply chain dilakukan.

Sumber: 
http://hanum.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36369/SUPPLY+CHAIN+MANAGEMENT.pdf
http://digilib.unila.ac.id/178/12/BAB%20II.pdf
https://rizmarizmi.blogspot.co.id/2016/11/contoh-scm-supply-chain-management-pada.html

Contoh Dari Marketplace Dan Marketspace

Contoh Dari Marketplace Dan Marketspace

Berikut ini adalah Contoh Dari Marketplace Dan Marketspace

Contoh Dari Marketplace:
1.Tokopedia

Buat kamu yang sering nonton tv atau bermain di dunia maya, pasti nama ini sudah gak asing lagi deh. Pemasaran marketplace yang satu ini sangat gencar dilakukan dan iklannya juga menarik jadi mudah untuk diingat. Marketplace ini merupakan penguasa pasar lokal Indonesia setelah berhasil mengalahkan 2 raksasa marketplace sebelumnya, yaitu Plasa.com milik Telkom-ebay dan Multiply milik MIH. Sejak berdiri pada tahun 2009 hingga sekarang, Tokopedia sudah memiliki lebih dari 770 ribu produk dan telah menjual total 13,4 juta barang pada tahun 2014. Dipimpin oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, marketplace ini berada di ranking 32 se-Indonesia berdasarkan ranking Alexa.

2.BukaLapak


BukaLapak adalah pesaing berat dari Tokopedia. Kedua marketplace ini adalah contoh dari marketplace yang telah berhasil menembus persaingan dengan marketplace lainnya dan menjadi salah satu marketplace paling populer di Indonesia. Website yang didirikan oleh Achmad Zaky ini sudah memiliki lebih dari 400 ribu barang aktif. Jumlah transaksinya dalam satu hari sudah mencapai angka Rp500 juta. Saat ini BukaLapak tidak hanya bisa diakses dengan website saja, tetapi juga melalui aplikasi mobile, sehingga memudahkan penggunanya. BukaLapak ada di posisi ke 43 di Indonesia berdasarkan ranking Alexa.

3.Shopee

Bagi yang belum tahu apa itu Shopee, aplikasi ini merupakan wadah belanja online yang lebih fokus pada platform mobile sehingga orang-orang lebih mudah mencari, berbelanja, dan berjualan langsung di ponselnya saja.

Shopee sendiri telah diluncurkan secara terbatas pada awal 2015 di kawasan Asia Tenggara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Taiwan. 

Platform ini menawarkan berbagai macam produk, dilengkapi dengan metode pembayaran yang aman, layanan pengiriman yang terintegrasi dan fitur sosial yang inovatif untuk menjadikan jual beli menjadi lebih menyenangkan, aman, dan praktis.

Chief Executive Officer Shopee, Chris Feng, mengatakan bahwa Shopee merupakan platform belanja online yang mengusung konsep sosial, di mana penggunanya tak hanya berfokus jual beli saja, tetapi juga bisa berinteraksi sesama pengguna lewat fitur pesan instan secara langsung.


Contoh Dari Marketspace

Contoh e-Marketplace yaitu :

1.Private Store on Seller’s Sites

Ciri-ciridari jenis ini adalah memiliki penjual tunggal, banyak pembeli, sedikit produk, dan harga yang tetap.

2.Customer Portals

Ciri-ciri dari Customer portals yaitu memiliki beberapa penjual, banyak pembeli, catalog based, dan harga tetap.

3.Independent Industry Marketplaces

Ciri-ciri Independent industries marketplace yaitu memiliki banyak penjual, banyak pembeli, terdapat tawar-menawar, dan harganya tidak pasti.

4.Consortia-sponsored Marketplaces

Ciri-ciri Consortia-sponsored marketplaces yaitu memiliki sedikit pembeli, banyak penjual, pembeli memiliki kontrol, dan harga tetap.

5.Private Company Marketplaces


Ciri-ciri private company marketplaces yaitu memiliki satu pembeli, banyak penjual, dapat memberi penawaran pada pembeli tertentu. 


Sumber: Google

Perbedaan Antara MarketPlace & MarketSpare

Perbedaan Antara MarketPlace & MarketSpare

Marketspace adalah arena di internet, tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli secara bebas seperti layaknya di dunia nyata (marketplace). Mekanisme yang terjadi di marketspace pada hakekatnya merupakan adopsi dari konsep “pasar bebas” dan “pasar terbuka”, dalam arti kata siapa saja terbuka untuk masuk ke arena tersebut dan bebas melakukan berbagai inisiatif bisnis yang mengarah pada transaksi pertukaran barang atau jasa.dengan menggunakan marketspace penjual dan pembeli berinteraksi dalm dunia maya internet.
Meskipun tidak dibatasi dan bersifat global, market space ini mempunyai banyak keuntungan antara lain : 
  • Persaingan tanpa melihat modal,karena harga untuk membuat marketspace sangat murah bahkan gratis,contoh mya memasarkan produk menggunakan blog
  • Tidak terkendala letak yang strategis,karena dalam marketspace internet yang diutamakan adalah kemudahan akses, menarik dan SEO yang bagus
  • Meminimalisir biaya produksi
  • Memudahkan dunia luas mendapatkan produk kita,karena internet telah digunkan lebih dari 2 milyar orang diseluruh dunia
  • Memanjakan konsumen ,karena tanpa beranjak dari tempat duduknya konsumen dapat menjelajahi dan berbelanja via internet.
  • Barang yang dijual lebih variatif.
Kelemahan marketspaces
  • Pembeli terkadang lama dalam menerima barang hasil transakasi.
  • Seringnya terjadi kejahatan internet.
  • Perlu adanya tambahan biaya untuk alat-alat khusus sperti koneksi internet, modem, dan sebagianya.
Komponen e-marketspace: 
  • Consumer ( Konsumen).
  • Seller ( Penjual).
  • Barang (Berupa Fisik atau Digital)
  • Front-End
  • Mitra Bisnis ( Intermediaries)
  • Dukungan Pelayanan (Support Services)
  • Infrastruktur
  • Back End
Contoh dari marketspace antara lain : 
  • Amazon.com
  • E-bay.com
  • Bhinneka.com 
Faktor sukses e-market:
• Karakteristik Produk
  – Tipe Produk
  – Harga Produk
  – Ketersediaan Standar Produk
  – Informasi Produk
• Karakteristik Industri
  – Diperlukan Broker
  – Intellegent System boleh menggantikan Broker
• Karakteristik Penjual
  – Konsumen akan mencari penjual dengan harga yang murah
  – Volume Rendah dengan margin keuntungan transaksi yang lebih tinggi

• Karakteristik Pembeli
  – Pembeli yang sesuai dengan selera
  – Pembeli yang seperti pasien / selalu butuh
  – Pembeli yang menganalisa

Kesimpulannya dengan adanya marketspace,banyak pengusaha yang diuntungkan dengan manfaat market space yang menggiurkan,apalagi prospek masa depan internet sebagai kendaraan marketspace yang sangat cerah

Pengertian E-Marketplace:

Suatu lokasi diInternet, di mana suatu  perusahaan dapat memperoleh atau memberikan informasi,
mulai  transaksi pekerjaan, atau bekerja sama dalam pekerjaan apapun. 

Kelebihan marketplaces
- pembeli dan penjual bisa bertransaksi secara langsung.
- transaksi lebih jelas dan kecurangan dalam bisnis kemungkinannya kecil.

Kelemahan marketplaces:
- tidak efisien waktu dan tempat.
- pembeli dan penjual tidak bisa melakukannnya dalam jarak jauh, mereka harus bertemu langsung.

Jenis-jenis E-Marketplace:
  • Private E-Marketplace : Pasar online yang dimiliki atau dikelola oleh satu perusahaan (Perusahaan tersebut mempunyai kendali atas setiap transaksi di dalam pasar tersebut)
Sell-side E-Marketplace
Sebuah private e-marketplace dimana satu perusahaan menjual produk untuk perusahaan yang memenuhi syarat.
Buy-side E-Marketplace
Sebuah private e-marketplace dimana satu perusahaan membuat pembelian dari pemasok yang diundang

  • Public E-Marketplace : Pasar online yang dimiliki atau dikelola oleh pihak ketiga yang independen.
Pertimbangan bergabung ke dalam E-Marketplace:
• ownership E-Marketspace
• Costs
• Ease To Use / Support
• Industry Fit
• Marketplace Participation
• Security / Privacy
• Other Sevice
• Process Integration

Jadi itulah penjelasan dan Perbedaan Antara MarketPlace & MarketSpare

Sumber: 



http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/120017-T%2025409-Pemasaran%20baru-Tinjauan%20literatur.pdf



http://budimultimedia.files.wordpress.com/2012/10/pertemuan-2.pdf

Minggu, 18 Februari 2018

Kendala Pemanfaatan E-Commerce

Menurut survey yang dilakukan oleh CommerceNet para pembeli / pembelanja belum menaruh kepercayaan kepada e-commerce, mereka tidak dapat menemukan apa yang mereka cari di e-commerce, belum ada cara yang mudah dan sederhana untuk membayar. Di samping itu, surfing di e-commerce belum lancar betul. Pelanggan e-commerce masih takut ada pencuri kartu kredit, rahasia informasi personal mereka menjadi terbuka, dan kinerja jaringan yang kurang baik. Umumnya pembeli masih belum yakin bahwa akan menguntungkan dengan menyambung ke Internet, mencari situs belanja (shopping), menunggu unduh (download) gambar, mencoba mengerti bagaimana cara memesan sesuatu, dan kemudian harus takut apakah nomor kartu kredit mereka di ambil oleh hacker. Tampaknya untuk meyakinkan pelanggan ini, e-merchant harus melakukan banyak proses pemindaian (scanning) pelanggan. Walaupun demikian Gail Grant, kepala lembaga penelitian di CommerceNet meramalkan sebagian besar pembeli akan berhasil mengatasi penghalang tersebut setelah beberapa tahun mendatang. Grant mengatakan jika saja pada halaman Web dapat dibuat label yang memberikan informasi tentang produk dan harganya, akan sangat memudahkan untuk mencari (search engine) menemukan sebuah produk secara online. Hal tersebut belum terjadi memang karena sebagian besar merchant ingin agar orang menemukan hanya produk mereka tapi bukan kompetitor-nya apalagi jika ternyata harga yang diberikan kompetitor lain lebih murah. Untuk sistem bisnis-ke-bisnis, isu yang ada memang tidak serumit di atas, akan tetapi tetap ada isu-isu serius. Seperti para pengusaha belum punya model yang baik bagaimana cara mensetup situs e-commerce mereka, mereka mengalami kesulitan untuk melakukan sharing antara informasi yang diperoleh online dengan aplikasi bisnis lainnya. Masalah yang barangkali menjadi kendala utama adalah ide untuk sharing informasi bisnis kepada pelanggan dan penyalur (supplier) hal ini merupakan strategi utama dalam sistem e-commerce bisnis ke bisnis. Kunci utama untuk memecahkan masalah adalah merchant harus menghentikan pemikiran bahwa dengan cara menopangkan diri pada Java applets maka semua masalah akan solved, padahal kenyataannya adalah sebetulnya merchant harus merestrukturisasi operasi mereka untuk mengambil keuntungan maksimal dari ecommerce. Grant mengatakan, “Ecommerce is just like any automation – it amplifies problems with their operation they already had.”

Peluang Pemanfaatan E-Commerce

Peluang Pemanfaatan E-commerce

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur organisasi bisnis yang baik, jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web yang bagus, beberapa faktor yang termasuk:


1. Menyediakan harga kompetitif
2. Menyediakan jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah.
3. Menyediakan informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas.
4. Menyediakan banyak bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon.
5. Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian.
6. Menyediakan rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan, dan lain-lain.
7. Mempermudah kegiatan perdagangan.


Manfaat yang dirasakan perusahaan khususnya untuk kepentingan pelanggan memperlihatkan bahwa e-commerce dapat memberikan manfaat antara lain :


 Mendapatkan pelanggan baru. Studi yang menyebutkan bahwa manfaat penggunaan e-commerce dalam bisnis adalah mendapatkan pelanggan baru dikemukakan oleh Hamill da Gregory, 1997 dan Swatman, 1999 serta Hoffman dan Novak, 2000. Digunakannya e-commerce memungkinkan perusahaan tersebut mendapatkan pelanggan baru baik itu yang berasal dari pasar domestik maupun pasar luar negeri.
 Menarik konsumen untuk tetap bertahan. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey, 1997 di industri perbakan menemukan bahwa dengan adanya layanan ebanking membuat nasabah tidak berpindah ke bank lain. Selain itu bank juga akan mendapatkan pelanggan baru yang berasal dari bank-bank yang bertahan dengan teknologi lama.
 Meningkatkan mutu layanan. Dengan adanya e-commerce memungkinkan perusahaan dapat meningkatkan layanan dengan melakukan interaksi yang lebih personal sehingga dapat memberikan informasinya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Studi yang menyebutkan bahwa penggunaan e-commerce dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu layanan ini dikemukakan oleh Gosh, 1998.
 Melayani konsumen tanpa batas waktu. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey, 1997 menemukan bahwa adanya pelanggan dapat melakukan transaksi dan memanfaatkan layanan suatu perusahaan tanpa harus terikat dengan waktu tutup ataupun buka dari suatu perusahaan tersebut.


E-commerce memberikan pilihan kepada produsen tentang jenis usaha dan skala usaha yang akan dikembangkan. Dengan mengimplementasikan teknologi informasi e-commerce, produsen dapat memilih untuk mengembangkan target pasar kepada pasar global atau hanya fokus terhadap segmen pasar tertentu. Bagi usaha kecil dan menengah, dengan menggunakan e-commerce dapat menawarkan sesuatu yang berkualitas dan terjangkau serta memiliki kepercayaan diri menghadapi pesaing. Biaya tidak kemudian menjadi kendala utama, tetapi yang terpenting bagaimana usaha kecil dan menengah dapat menunjukkan produk atau jasa yang ditawarkan melalui websitenya dan dapat dilakukan melalui penjualan secara online (Rizal, 2011).


Dengan menggunakan e-commerce, produsen dapat merubah daftar harga atau melakukan kustomisasi produk atau jasa yang ditawarkan dan terinformasikan secara cepat melalui website. Sesuatu yang biasanya memerlukan waktu yang lama untuk dilaksanakan atau diintegrasikan, dengan e-commerce menjadi lebih cepat. Melakukan model usaha yang inovatif atau melakukan reengineering, melaksanakan spesialisasi dengan derajat yang tinggi atau meningkatkan produktivitas dan perhatian terhadap pelanggan, bukan sesuatu yang tidak mungkin dengan e-commerce. E-commerce juga bermanfaat dalam membangun database pelanggan yang komprehensif. Produsen dapat mempunyai informasi tentang pola pemesanan yang dilakukan pelanggan dan mengelolanya sebagai informasi yang berharga. Database tersebut akan membantu produsen saat melakukan pemasaran dan strategi promosi agar dapat tepat sasaran. Dalam konteks hubungan dengan mitra bisnis, e-commerce membantu dalam mengurangi inefisiensi yang mungkin terjadi dalam rantai penawaran, mengurangi kebutuhan untuk membuat inventory dan menghindari keterlambatan pengiriman. Sehingga produsen mempunyai kepercayaan diri tentang usaha yang dijalankan dalam melakukan kerjasama dengan pemasok dan perusahaan jasa. Ecommerce secara inherent akan menyederhanakan dan mengotomatisasi proses bisnis yang mendukung, menggabungkan dengan kecepatan dan efisiensi dalam kegiatan usaha. Dalam hubungannya dengan pelanggan, e-commerce membantu dalam menfasilitasi kegiatan pembelian yang nyaman. E-commerce dapat menghemat waktu pelanggan dibandingkan jika pelanggan tersebut melakukan pembelian secara off-line. Seringkali pelanggan membayar lebih murah untuk harga produk tertentu dibandingkan jika pelanggan membelinya secara off-line. Meskipun memiliki beberapa keuntungan, penggunaan e-commerce juga menghadapi kendala. Melakukan kegiatan transaksi secara online berarti pelanggan akan terpaksa menyediakan sejumlah informasi pribadi yang dipersyaratkan oleh penjual. Persyaratan ini tentunya dapat mengganggu kerahasiaan dan menimbulkan issu tentang keamanan dari informasi yang disediakan. Protokol untuk proses tertentu yang belum standard, pita lebar (bandwith) telekomunikasi yang terbatas dan keterbatasan software yang digunakan, merupakan beberapa isu teknis yang mengakibatkan e-commerce masih kurang terintegrasi dengan sistem IT yang kontemporer. Disamping kendala teknis, issu non teknis juga menjadi kendala dalam penggunaan ecommerce. Masih banyak pembeli yang tidak percaya dan susah merubah kebiasaannya untuk bertransaksi tanpa bertemu langsung dengan penjualnya dan menggunakan kertas yang terbatas (paperless). Menurut Marhum Djauhari (2009), berdasarkan kenyataan bahwa hukum sering berdasar pada obyek fisik maka hal ini akan menimbulkan masalah yang serius terhadap bisnis karena ketidak pastian hukum dari proses tersebut. Status hukum dari transaksi yang dibentuk secara otomatis, belumlah jelas. Apakah mungkin untuk sebuah perjanjian atau yang lebih umum, prosedur hukum dibuat oleh sebuah komputer.


Sumber: https://orasibisnis.files.wordpress.com/2012/05/dewi-imarwati_pemanfaatan-e-commerce-dalam-dunia-bisnis.pdf

Mengapa Memilih E-Commerce

Mengapa Memilih E-commerce


ECOMMERCE BUDILUHUR

Internet dan E-commerce telah berkembang menjadi suatu industri baru yang sangat menjanjikan. bebagai macam keunggulan atas perdagangan kovesional telah membuat e-commerce menjadi suatu bisnis baru. terlepas dari boom internet diawal tahun 2000an yang sempat terjatuh, industri ini kembali bangkit didekade dua abad ke-21 dan memberi harapan baru bagi penggunanya.

Sebagaimana perdagangan konvesional, e-commerce juga berhubungan dengan transaksi barang dan jasa. jalur transaksi juga sama, kecuali produk yang diperjual belikan bertambah dengan produk digital yang hanya dapat diperdagangkan melalui internet. Produk digital ini juga dibagi dua, ada yang bersifat digital murni dalam arti produk tersebut memang lahir dari internet seperti penyediaan jasa chatting dan pengembangan aplikasi. Produk yang non digital murni adalah produk-produk yang pada awalnya dijual dan dikemas dalam bentuk berwujud yang kemudian diubah menjadi digital, contohnya adalah buku elektronik, musik dengan format digital, ataupun gambar arsitektur. Buku elektonik (e-book) pada dasarnya sama dengan buku biasa, tetapi sudah diubah dalam format digital dan dikirim melalui sarana internet. 

Perlakuan semua produk yang dijual melalui e-commerce adalah sama dengan perdagangan biasa. namun, bayak keunggulan dari e-commerce yang tidak dapat ditemui dalam perdagangan tanpa akses internet.